Profil Desa Penumping

Ketahui informasi secara rinci Desa Penumping mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Penumping

Tentang Kami

Kelurahan Penumping, jantung Kampung Batik Laweyan di Surakarta, merupakan pusat industri dan wisata batik bersejarah. Wilayah ini memadukan warisan budaya, arsitektur kuno para saudagar batik, dan dinamika ekonomi kreatif yang terus berkembang hingga kin

  • Pusat Warisan Batik Nasional

    Penumping tidak hanya dikenal sebagai sentra produksi tetapi juga sebagai kawasan cagar budaya tempat lahirnya Sarekat Dagang Islam, dengan puluhan showroom dan lokakarya batik yang masih aktif

  • Kawasan Strategis dan Bersejarah

    Lokasinya yang terbelah oleh Jalan Slamet Riyadi menjadi rumah bagi berbagai markah tanah penting Kota Surakarta, termasuk Loji Gandrung (Rumah Dinas Wali Kota) dan Tugu Lilin

  • Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Edukatif

    Perekonomian utamanya ditopang oleh industri batik yang terintegrasi dengan pariwisata, menawarkan pengalaman belanja, wisata arsitektur, hingga edukasi proses pembuatan batik secara langsung kepada wisatawan

Pasang Disini

Kelurahan Penumping di Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, lebih dari sekadar sebuah wilayah administratif. Ia merupakan episentrum dari salah satu warisan budaya dan ekonomi paling penting di Indonesia: Kampung Batik Laweyan. Dengan sejarah yang mengakar kuat sejak era kerajaan hingga menjadi saksi bisu lahirnya pergerakan pedagang pribumi, Penumping hari ini menjelma sebagai sebuah kawasan dinamis yang berhasil menyandingkan pesona masa lalu dengan geliat ekonomi kreatif modern. Wilayah ini menjadi destinasi utama bagi siapa saja yang ingin menyelami filosofi, seni dan geliat bisnis batik langsung dari sumbernya, menjadikannya kata kunci utama dalam peta pariwisata dan budaya Surakarta.

Terletak strategis di jantung kota, Penumping menyajikan pemandangan unik di mana gang-gang sempit dengan arsitektur megah peninggalan para saudagar batik tempo dulu kini berfungsi sebagai galeri, lokakarya, dan pusat niaga. Udara di kawasan ini seolah dipenuhi aroma khas malam (lilin batik) yang berpadu dengan aktivitas warga dan wisatawan. Sebagai bagian tak terpisahkan dari klaster industri Kampoeng Batik Laweyan, kelurahan ini terus berinovasi, tidak hanya dalam pelestarian motif-motif klasik, tetapi juga dalam pengembangan pariwisata edukatif dan praktik industri yang lebih ramah lingkungan, memastikan warisan ini tetap relevan dan berkelanjutan dari generasi ke generasi.

Sejarah dan Identitas Kampung Batik

Sejarah Kelurahan Penumping berkelindan erat dengan kemasyhuran Laweyan sebagai kampung batik tertua di Indonesia. Jauh sebelum republik ini berdiri, kawasan ini telah dikenal sebagai pusat pemukiman para juragan atau saudagar batik yang menguasai perdagangan tekstil nasional. Jejak kejayaan masa lalu itu masih terekam jelas pada arsitektur bangunan-bangunan tuanya. Rumah-rumah megah dengan tembok tinggi dan gerbang kokoh yang dikenal sebagai "omah kalang" atau "omah gedongan" bukan sekadar tempat tinggal, melainkan juga benteng privasi sekaligus simbol status sosial para pemiliknya.

Identitas Penumping sebagai pusat pergerakan juga tercatat dalam tinta emas sejarah nasional. Di sinilah, pada tahun 1912, para pedagang batik pribumi yang dimotori oleh Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI). Organisasi ini ialah tonggak awal perlawanan ekonomi terhadap dominasi pedagang asing dan kelak bertransformasi menjadi salah satu organisasi pergerakan kebangsaan terbesar di Hindia Belanda. Warisan semangat kemandirian dan kewirausahaan ini terus hidup dan menjadi DNA bagi masyarakat pengusaha batik di Penumping hingga saat ini. Di kelurahan ini pula berdiri beberapa bangunan ikonik seperti Tugu Lilin, sebuah monumen peringatan 25 tahun berdirinya Boedi Oetomo yang menjadi simbol Kebangkitan Nasional, serta Loji Gandrung, rumah dinas resmi Wali Kota Surakarta yang anggun dan sarat akan nilai historis.

Geografi dan Demografi

Secara administratif, Kelurahan Penumping merupakan bagian dari Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, dengan kode pos 57141. Wilayahnya memiliki luas sekitar 0,51 kilometer persegi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta tahun 2023, jumlah penduduk di Kelurahan Penumping tercatat sebanyak 3.951 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, kepadatan penduduknya mencapai sekitar 7.747 jiwa per kilometer persegi, menunjukkan karakteristik pemukiman perkotaan yang padat.

Lokasi Kelurahan Penumping sangat strategis, dibelah oleh Jalan Raya Slamet Riyadi yang merupakan jalan protokol utama di Kota Surakarta. Wilayahnya terbagi menjadi dua kampung utama, yakni Kampung Penumping di sisi selatan dan Kampung Kalitan di sisi utara. Batas-batas wilayah administrasinya meliputi:

  • Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kelurahan Purwosari

  • Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kelurahan Panularan dan Kelurahan Bumi

  • Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kelurahan Laweyan

  • Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kelurahan Sondakan

Struktur geografis yang padat ini diisi oleh perpaduan area pemukiman, ruang usaha, dan fasilitas publik. Tata ruangnya yang unik dengan gang-gang yang saling terhubung mencerminkan karakter historisnya sebagai kawasan perdagangan yang efisien pada masanya.

Denyut Nadi Perekonomian: Jantung Industri Batik Laweyan

Perekonomian di Kelurahan Penumping berdetak seirama dengan industri batik. Hampir di setiap sudut kelurahan ini dapat ditemukan aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan batik, mulai dari proses produksi di rumah-rumah pengrajin, galeri atau showroom yang memajang aneka produk, hingga toko-toko yang menjual bahan baku. Keberadaan puluhan unit usaha batik ini menjadikan Penumping sebagai motor penggerak utama di klaster Kampoeng Batik Laweyan. Model bisnis yang dijalankan pun beragam, dari yang masih mempertahankan cara tradisional turun-temurun hingga yang telah mengadopsi manajemen dan pemasaran modern.

Keberhasilan kolektif ini tidak lepas dari peran Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), sebuah organisasi yang menjadi wadah bagi para pengusaha untuk bersinergi. FPKBL aktif mengelola dan mengembangkan potensi kawasan, baik dari sisi pelestarian budaya maupun inovasi bisnis. Salah satu visi utamanya ialah menjadikan Laweyan sebagai kawasan pusat industri batik dan cagar budaya yang dikembangkan dengan konsep kepariwisataan ramah lingkungan. Hal ini diwujudkan melalui berbagai program, seperti promosi bersama, penyelenggaraan lokakarya, hingga pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal untuk mengatasi dampak lingkungan dari proses pewarnaan batik.

Menurut Ketua FPKBL, Ir. Alpha Febela Priyatmono, MT, dalam sebuah kesempatan, keberadaan Kampoeng Batik Laweyan telah berhasil menginspirasi pengembangan wisata lokal di daerah lain. "Tantangan kita untuk menunjukan peninggalan nenek moyang yang luar biasa dan Kampoeng Batik Laweyan Solo juga bisa dibilang menginspirasi bagi wisata lokal untuk terus berkembang di masa modern," ujarnya. Kutipan ini menegaskan peran penting kawasan ini sebagai model pengembangan ekonomi kreatif berbasis warisan budaya. Dampak pengganda (multiplier effect) dari industri ini terasa signifikan, menciptakan lapangan kerja tidak hanya bagi para pembatik, tetapi juga di sektor pendukung seperti perdagangan, jasa kuliner, dan akomodasi.

Potensi Wisata dan Pengembangan Kawasan

Potensi utama Kelurahan Penumping terletak pada pariwisata berbasis budaya dan sejarah. Daya tariknya tidak hanya pada kesempatan berbelanja produk batik berkualitas langsung dari produsennya, tetapi juga pengalaman menyeluruh yang ditawarkannya. Wisatawan dapat berjalan kaki menyusuri gang-gang bersejarah, mengagumi arsitektur "omah kalang", dan menyaksikan langsung proses pembuatan batik tulis maupun cap di berbagai lokakarya yang terbuka untuk umum. Wisata edukasi ini menjadi magnet bagi pelajar, mahasiswa, peneliti, hingga turis domestik dan mancanegara yang ingin belajar membatik.

Pengembangan kawasan terus dilakukan secara terpadu. Di bawah kepemimpinan Lurah Penumping, Drs. Nurochman, M.Si., pemerintah kelurahan bersinergi dengan FPKBL dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas infrastruktur dan layanan. Kebersihan lingkungan, penataan ruang, dan keramahan warga menjadi prioritas untuk menciptakan sapta pesona pariwisata. Selain itu, inovasi di bidang pelayanan publik juga terus digalakkan. Sebagai contoh, pada pertengahan Juni 2025, Kelurahan Penumping menjadi salah satu lokasi peluncuran program "Posyandu Plus" yang menyediakan layanan kesehatan terintegrasi, termasuk konseling psikologis bagi warga, menunjukkan komitmen untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas.

Ke depan, pengembangan diarahkan pada penguatan citra Penumping sebagai destinasi "Green Eco Batik". Inisiatif penggunaan malam (lilin) dari minyak sawit berkelanjutan dan optimalisasi IPAL komunal merupakan langkah strategis untuk menjawab tuntutan pasar global akan produk yang ramah lingkungan. Dengan perpaduan antara kekuatan sejarah, dinamika ekonomi, dan visi pembangunan berkelanjutan, Kelurahan Penumping tidak hanya melestarikan masa lalu, tetapi juga merajut masa depan yang cerah sebagai ikon kebanggaan Kota Surakarta.